Tidak salat Jumat karena bertemu dua Ied sebuah rukhsah
A. Boleh tidak salat jumat
Dalil-dalil Nash ;
عَنْ إِيَاسِ بْنِ أَبِي رَمْلَةَ الشَّامِيِّ قَالَ شَهِدْتُ مُعَاوِيَةَ بْنَ أَبِي سُفْيَانَ وَهُوَ يَسْأَلُ زَيْدَ بْنَ أَرْقَمَ قَالَ أَشَهِدْتَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عِيدَيْنِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ قَالَ نَعَمْ قَالَ فَكَيْفَ صَنَعَ قَالَ صَلَّى الْعِيدَ ثُمَّ رَخَّصَ فِي الْجُمُعَةِ فَقَالَ مَنْ شَاءَ أَنْ يُصَلِّيَ فَلْيُصَلِّ.
Dari Iyas Ibnu Abu Ramlah As Syami dia berkata; aku pernah melihat Mu'awiyah bin Abu Sufyan bertanya kepada Zaid bin Arqam, tanyanya; "Apakah kamu pernah melakukan dua hari raya bertepatan dalam satu hari ketika bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam?" Jawabnya; "Ya. ' Mu'awiyah bertanya; "Bagaimana beliau mengerjakan shalat tersebut?" Zaid bin Arqam menjawab; "Beliau mengerjakan shalat ied dan memberi keringanan (rukhsah) pada waktu shalat Jum'at, lalu beliau bersabda: "Barangsiapa ingin mengerjakan (shalat Jum'at), hendaknya mengerjakan shalat (Jum'at)." Hr. Abu Daud : 1070. Nasai : 1591. Ibnu Majah : 1310. Ahmad : 18831.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ قَدْ اجْتَمَعَ فِي يَوْمِكُمْ هَذَا عِيدَانِ فَمَنْ شَاءَ أَجْزَأَهُ مِنْ الْجُمُعَةِ وَإِنَّا مُجَمِّعُونَ.
Dari Abu Hurairah dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda; "Pada hari ini telah berkumpul bagi kalian dua hari raya, barangsiapa ingin melaksanakan, maka hari rayanya ini sudah mencukupi shalat jum'atnya, namun kami akan tetap melaksanakan Jum'at." Hr. Abu Daud : 907. Ibnu Majah : 1311.
Kesimpulan dari hadits tersebut :
Boleh salat atau meninggalkan jumat bagi laki-laki dewasa yang mengikuti salat ied di waktu paginya.
B. Apabila salat Jumat Gugur maka gugur pula solat zuhurnya.
☆ Mengganti salat jumat ke zuhur mesti ada dalil lain yang menunjukkannya.
عَنْ طَارِقِ بْنِ شِهَابٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْجُمُعَةُ حَقٌّ وَاجِبٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ فِي جَمَاعَةٍ إِلَّا أَرْبَعَةً عَبْدٌ مَمْلُوكٌ أَوْ امْرَأَةٌ أَوْ صَبِيٌّ أَوْ مَرِيضٌ .
Hal ini pernah teralami oleh ibnu zubair. berdasarkan dalil :
عَنْ ابْنِ جُرَيْجٍ قَالَ قَالَ عَطَاءٌ اجْتَمَعَ يَوْمُ جُمُعَةٍ وَيَوْمُ فِطْرٍ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَقَالَ عِيدَانِ اجْتَمَعَا فِي يَوْمٍ وَاحِدٍ فَجَمَعَهُمَا جَمِيعًا فَصَلَّاهُمَا رَكْعَتَيْنِ بُكْرَةً لَمْ يَزِدْ عَلَيْهِمَا حَتَّى صَلَّى الْعَصْرَ.
Dari Ibnu Juraij dia berkata; 'Atha' berkata; Hari raya ied dan hari Jum'at pernah bertepatan pada masa Ibnu Zubair, lalu dia berkata; "Dua hari raya telah bertepatan dalam satu hari, maka keduanya di kumpulkan (oleh Nabi), dan shalat dua rak'at di pagi hari, tidak menambah dua raka'at, hingga beliau shalat Ashar."Hr. Abu Daud : 906. Ibnu Majah :
Amal ibnu zubair tersebut dilaporkan kepada Ibnu Abbas, maka jawaban beliau kepada " sungguh ibnu zubair telah melakukan sesuai dengan sunnah". Adapun riwayat yang dimaksud :
١٥٧٤ - أَخْبَرَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْحَمِيدِ بْنُ جَعْفَرٍ قَالَ حَدَّثَنِي وَهْبُ بْنُ كَيْسَانَ قَالَ اجْتَمَعَ عِيدَانِ عَلَى عَهْدِ ابْنِ الزُّبَيْرِ فَأَخَّرَ الْخُرُوجَ حَتَّى تَعَالَى النَّهَارُ ثُمَّ خَرَجَ فَخَطَبَ فَأَطَالَ الْخُطْبَةَ ثُمَّ نَزَلَ فَصَلَّى وَلَمْ يُصَلِّ لِلنَّاسِ يَوْمَئِذٍ الْجُمُعَةَ فَذُكِرَ ذَلِكَ لِابْنِ عَبَّاسٍ فَقَالَ أَصَابَ السُّنَّةَ.
1574. Telah mengabarkan kepada kami Muhammad bin Basysyar dia berkata; telah menceritakan kepada kami Yahya dia berkata; telah menceritakan kepada kami 'Abdul Hamid bin Ja'far dia berkata; telah menceritakan kepadaku Wahb bin Kaisan dia berkata; "Pada masa Ibnu Zubair, pernah terjadi dua hari raya (hari raya & Jum'at) dalam satu hari. Ibnu Zubair mengakhirkan keluar untuk shalat 'Id agak siang, lalu ia keluar dan menyampaikan khutbah dengan khutbah yang lama. Kemudian ia turun dan mengerjakan shalat. Pada hari itu ia tidak mengerjakan shalat Jum'at bersama manusia. Hal tersebut diceritakan kepada Ibnu Abbas, dan dia mengatakan bahwa Ibnu Zubair sudah melakukan sesuai dengan Sunnah." Hr. Nasai. 1574.
Dalam hal ini asy-syaukani menyatakan :
-. قَوْلُهُ: (لَمْ يَزِدْ عَلَيْهِمَا حَتَّى صَلَّى الْعَصْرَ) ظَاهِرُهُ أَنَّهُ لَمْ يُصَلِّ الظُّهْرَ، وَفِيهِ أَنَّ الْجُمُعَةَ إذَا سَقَطَتْ بِوَجْهٍ مِنْ الْوُجُوهِ الْمُسَوِّغَةِ لَمْ يَجِبْ عَلَى مَنْ سَقَطَتْ عَنْهُ أَنْ يُصَلِّيَ الظُّهْرَ، وَإِلَيْهِ ذَهَبَ عَطَاءٌ، حُكِيَ ذَلِكَ عَنْهُ فِي الْبَحْرِ.
Perkataannya :
( لَمْ يَزِدْ عَلَيْهِمَا حَتَّى صَلَّى الْعَصْرَ. )
artinya ; _tidak menambah dua raka'at, hingga beliau shalat Ashar."_
Zahirnya bahwa ia (ibnu Zubair) tidak salat zuhur, dan mengenai hal itu bahwa salat jumat apabila gugur dengan salahsatu sebab diantara sebab-sebab yang diizinkan (syara'), maka tidaklah wajib untuk salat zuhur atas orang yang gugur jumat darinya. Dan kepada pendapat ini imam Atha bermadzhab. Dihikayatkan hal ini darinya pada kitab "al-Bahru"
وَالظَّاهِرُ أَنَّهُ يَقُولُ بِذَلِكَ الْقَائِلُونَ بِأَنَّ الْجُمُعَةَ الْأَصْلُ. وَأَنْتَ خَبِيرٌ بِأَنَّ الَّذِي افْتَرَضَهُ اللَّهِ تَعَالَى عَلَى عِبَادِهِ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ هُوَ صَلَاةُ الْجُمُعَةِ فَإِيجَابُ صَلَاةِ الظُّهْرِ عَلَى مَنْ تَرَكَهَا لِعُذْرٍ أَوْ لِغَيْرِ عُذْرٍ مُحْتَاجٌ إلَى دَلِيلٍ، وَلَا دَلِيلَ يَصْلُحُ لِلتَّمَسُّكِ بِهِ عَلَى ذَلِكَ فِيمَا أَعْلَمْ.
Dan yang jelas, bahwasannya ada beberapa orang berpendapat demikian sebab salat jumat itu adalah asal. Dan engkau tahu bahwa yang difardukan Allah ta'ala atas hambanya di hari jumat itu adalah salat jumat (bukan salat zuhur). Maka diwajibkannya salat zuhur atas orang yang meninggalkan salat jumat karena ada uzur atau tidaknya itu perlu kepada dalil. Sedangkan tidak ada dalil yang layak untuk dijadikan pegangan atas hal itu (wajibnya zuhur karena gugur jumatnya) berdasarkan apa yang aku ketahui. Nailul Authar : II : 295.
Penulis sepakat dengan pendapat imam Atha' dan asy-Syaukani. _Wallahu A'lam_
Jazakumullohu khoiron ustadz
BalasHapusSama2 kg wan
BalasHapus