728x90 AdSpace

HTML5 Icon

Pengikut

Latest News
Diberdayakan oleh Blogger.
Selasa, 22 November 2016

SALAT DHUHA DAN PERMASALAHANNYA



A. Waktu Sholat Dhuha

عن زيد بن أرقم قال خرج رسول الله -صلى الله عليه وسلم- على أهل قباء وهم يصلون فقال « صَلاَةُ الأَوَّابِينَ إِذَا رَمِضَتِ الْفِصَالُ ».

Dari Zaid bin Arqam ia berkata : Rasulullah saw, telah keluar menemui Ahli Quba sedang mereka dalam keadaan sholat, maka beliau bersabda : Sholat Awwabin (dhuha) itu apabila anak unta sudah mulai kepanasan.

عَنْ عَمْرِو بْنِ عَبَسَةَ السُّلَمِىِّ أَنَّهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ اللَّيْلِ أَسْمَعُ قَالَ « جَوْفُ اللَّيْلِ الآخِرُ فَصَلِّ مَا شِئْتَ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُودَةٌ مَكْتُوبَةٌ حَتَّى تُصَلِّىَ الصُّبْحَ ثُمَّ أَقْصِرْ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ فَتَرْتَفِعَ قِيْسَ رُمْحٍ أَوْ رُمْحَيْنِ فَإِنَّهَا تَطْلُعُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَتُصَلِّى لَهَا الْكُفَّارُ ثُمَّ صَلِّ مَا شِئْتَ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُودَةٌ مَكْتُوبَةٌ حَتَّى يَعْدِلَ الرُّمْحُ ظِلَّهُ ثُمَّ أَقْصِرْ فَإِنَّ جَهَنَّمَ تُسْجَرُ وَتُفْتَحُ أَبْوَابُهَا فَإِذَا زَاغَتِ الشَّمْسُ فَصَلِّ مَا شِئْتَ فَإِنَّ الصَّلاَةَ مَشْهُودَةٌ حَتَّى تُصَلِّىَ الْعَصْرَ ثُمَّ أَقْصِرْ حَتَّى تَغْرُبَ الشَّمْسُ فَإِنَّهَا تَغْرُبُ بَيْنَ قَرْنَىْ شَيْطَانٍ وَيُصَلِّى 
لَهَا الْكُفَّارُ ».

Dari Amr bin ‘Abasah as-Sulami ia berkata : aku bertanya ; “ Ya Rasulullah saw, malam manakah yang lebih didengar do’a (mustajab) ? beliau menjawab : sepertiga malam yang akhir, maka sholatlah sekehendakmu, sebab sholat tersebut disaksikan, dicatat sebuah amal sampai kamu mengerjakan sholat subuh, setelah itu lalu tahanlah (jangan sholat) sampai matahari terbit dan meninggi seukuran dengan satu tombak atau dua tombak. Karena pada waktu itu terbit diantara dua tanduk syetan dan orang-orang kafir melaksanakan sholat. Kemudian setelah waktu itu lewat sholatlah kamu sekehendakmu, sebab sholat tersebut disaksikan, dicatat sebuah amal sampai tombak itu seimbang dengan bayangannya. Lalu tahanlah (jangan sholat), karena pada waktu tersebut api neraka Jahanam sedang dinyalakan dan dibukakan pintu-pintunya. Maka apabila matahari telah tergelincir, maka sholatlah sekehendakmu karena sholat tersebut disaksikan sampai kamu melaksanakan sholat Asar. Lalu tahanlah (jangan sholat) sampai matahari tenggelam, karena pada waktu itu tenggelam diantara dua tanduk syetan dan orang-orang kafir pun sholat pada waktu tersebut.

Dari  hadits ini dapat diambil kesimpulan bahwa waktu pelaksanaan sholat dhuha dimulai disaat bayangan matahari seukuran dengan satu tombak, jika diukur dengan ukuran jam diperkirakan sekitar jam 07.00. sampai bayangan matahari seimbang dengan tombak, diperkirakan jam 11.00.

B. Hukum sholat dhuha

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ أَوْصَانِى خَلِيلِى -صلى الله عليه وسلم- بِثَلاَثٍ لاَ أَدَعُهُنَّ حَتَّى أَمُوتَ صَوْمِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَصَلاَةِ الضُّحَى وَنَوْمٍ عَلىَ وِتْرٍ.
Dari Abu Hurairah r.a ia berkata : kekasihku saw, telah berwasiat kepadaku dengan tiga perkara yang tidak akan aku tinggalkan hingga aku mati (yaitu) shaum tiga hari pada setiap, sholat dhuha, dan tidur dalam kondisi punya witir.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ هَلْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى الضُّحَى فَقَالَتْ لاَ إِلاَّ أَنْ يَجِىءَ مِنْ مَغِيبِهِ.

Dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata : aku bertanya kepada Aisyah apakah Rosululloh  saw, sholat Dhuha, maka ia menjawab : tidak, kecuali sepulangnya ia dari bepergiannya.

عَنْ طَلْحَةَ بْنِ عُبَيْدِ اللَّهِ يَقُولُ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُهُ عَنِ الإِسْلاَمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خَمْسُ صَلَوَاتٍ فِى الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ ». فَقَالَ هَلْ عَلَىَّ غَيْرُهَا قَالَ « لاَ إِلاَّ أَنْ تَطَّوَّعَ »

Dari Thalhah bin Ubaidillah ia mengatakan : telah datang seseorang kepada Rosululloh saw,  tiba-tiba ia menanyainya tentang Islam. Maka Rosululloh saw, menjawab : Sholat lima waktu dalam sehari-semalam. Lalu orang itu berkata : apakah ada kewajiban atasku selain dari itu ?  Rosul menjawab : tidak ada, kecuali kamu ingin melaksanakan yang sunat.

الأَصْلُ فِي الأَمْرِ لِلْوُجُوبِ إِلاَّ مَا دَلَّ الدَّلِيْلُ عَلَى خِلَافِهِ

Asal pada perintah itu menunjukkan wajib kecuali ada dalil lain yang menunjukkan atas bedanya.

Dengan adanya hadits dari Aisyah yang menyatakan bahwa nabi tidak melaksanakannya kecuali dari sepulangnya itu menunjukkan bahwa sholat dhuha bukanlah sebuah kewajiban melainkan sunnat. terlebih hadits dari hadits dari Thalhah di atas dengan tegas Rosululloh mengatakan bahwa selain dari yang lima waktu itu hukumnya sunnat.

C.  Jumlah raka’at sholat dhuha dan kaifiyyatnya

Terdapat variasi mengenai jumlah raka’atnya. Dan yang sah yaitu antara  2, 4, atau 8 raka’at diantaranya :

Dalil yang menyatakan  2 raka’a

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ ، رَضِيَ اللهُ عَنْهُ ، قَالَ أَوْصَانِيْ خَلِيْلِيْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِثَلَاثٍ صِيَامِ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْ الضُّحَى ، وَأَنْ أُوْتِرَ قَبْلَ أَنْ أَنَامَ.

Dari Abu Hurairah r.a ia berkata : kekasihku saw, telah berwashiyat kepadaku dengan tiga perkara, (yaitu) shaum tiga hari pada tiap bulan, dua raka’at dhuha, dan supaya aku berwitir sebelum tidur.

Dalil yang menyatakan 4 raka’at

عَنْ مُعَاذَةَ أَنَّهَا سَأَلَتْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا :كَمْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي صَلَاةَ الضُّحَى قَالَتْ أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَيَزِيدُ مَا شَاءَ.

Dari Mu’adzah bahwasanya ia bertanya kepada Aisyah r.a : berapa raka’at Rosululloh saw, melaksanakan sholat dhuha ? Aisyah menjawab : empat raka’at, dan ia menambah sekehendaknya.

Dalil yang menyatakan 8 raka’at

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّةَ قَالَ سَمِعْتُ عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ أَبِي لَيْلَى يَقُولُ مَا حَدَّثَنَا أَحَدٌ أَنَّهُ رَأَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى غَيْرُ أُمِّ هَانِئٍ فَإِنَّهَا قَالَتْ إِنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ بَيْتَهَا يَوْمَ فَتْحِ مَكَّةَ فَاغْتَسَلَ وَصَلَّى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ فَلَمْ أَرَ صَلَاةً قَطُّ أَخَفَّ مِنْهَا غَيْرَ أَنَّهُ يُتِمُّ الرُّكُوعَ وَالسُّجُودَ.

Dari Amer bin Murrah ia berkata : aku mendengar Abdurrahman bin Abi Laila ia mengatakan : tidaklah ada seorangpun yang menceritakan padaku bahwa ia pernah melihat  Nabi saw, sholat dhuha selain dari Ummu Hani, sungguh ia berkata :
sesungguhnya Nabi saw,  masuk rumahnya pada hari Futuh Mekkah kemudian nabi mandi lalu sholat  delapan raka’at. Dan aku tidak melihat sama sekali ia sholat seringan dari itu melainkan ia menyempurnakan rukuk dan sujudnya.

   Adapun yang menyatakan rosul pernah sholat dhuha dengan  6 dan 12 raka’at, maka hadits-  haditsnya tidak ada satupun yang kuat.  Hadits-hadits yang dimaksud  yaitu :

عَنْ أَنَسِ بْنِ مْالِكٍ قَالَ : رَأَيْتُ النَّبِيَّ يُصَلِّي الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ فَمَا تَرَكْتُهُنَّ بَعْدُ

Dari Anas bin Malik ia berkata : aku melihat Nabi saw, sholat dhuha enam raka’at. Maka selanjutnya aku tidak meninggalkan sholat dhuha.

Hadits ini Dho’if karena pada sanadnya terdapat rawi bernama Sa’id bin Maslamah al-Umawiy, sebab kedho’ifannya :

Abu Hatim berkata : ia rawi yang tidak kuat, dho’if haditsnya, dan hadits-haditsnya Mungkar (diingkari).
Bukhari berkata : ia haditsnya Mungkar.
Selain dari Anas terdapat pula sahabat lain yang meriwayatkan jumlah raka’at yang sama yaitu dari Ummu Hani, Jabir, dan Aisyah ra. Jika hadits-hadits ini memenuhi syarat kriteria keshohihan maka enam raka’at  itu termasuk pada kategori jumlah raka’at sholat dhuha yang bisa diamalkan.  Adapun hadits lengkapnya yaitu :

Hadits dari Ummu Hani

حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بن إِسْحَاقَ التُّسْتَرِيُّ، ثنا أُمَيَّةُ بن بِسْطَامٍ، ثنا مُعْتَمِرُ بن سُلَيْمَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ حُمَيْدًا الطَّوِيلَ يُحَدِّثُ، عَنْ مُحَمَّدِ بن قَيْسٍ، عَنْ أُمِّ هَانِئٍ،أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَيْهَا يَوْمَ الْفَتْحِ فَصَلَّى الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ

Telah menceritkan pada kami al-Husein bin Ishaq at-Tustariy, telah menceritakan pada kami Umayyah bin Bistham, telah mencerotakan pada kami Mu’tamar bin Sulaiman ia berkata : aku mendengar Humaid ath-Thawiil menceritakan dari Muhammad bin Qais dari Ummu Hani : Bahwasannya Nabi saw, masuk ke rumahnya pada hari Futuh Mekkah lalu ia sholat dhuha enam raka’at.

Hadits di atas dho’if  karena terdapat rawi bernama Mu’tamar bin Sulaiman. Ia tsiqat akan tetapi tidak sedikit yang menjarhnya, semisal Yahya bin Sa’id al-Qaththan berkata : apabila Mu’tamar menceritakan sesuatu pada kalian, maka palingkanlah ia karena sesungguhnya ia itu buruk hafalannya.

حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بن مُحَمَّدِ بن الأَشْعَثِ، قَالَ: نا إِبْرَاهِيمُ بن مُحَمَّدِ بن عُبَيْدَةَ , قَالَ: نا أَبِي , قَالَ: نا الْجَرَّاحُ بن مَلِيحٍ , قَالَ: حَدَّثَنِي إِبْرَاهِيمُ، عَنْ حُمَيْدٍ الطَّوِيلِ، عَنْ مُحَمَّدِ بن قَيْسٍ، إِنّ أُمَّ هَانِئٍ: أَتَتْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ بِمَكَّةَ لِبَعْضِ حَاجَاتِهَا،"فَوَجَدْتُهُ يُصَلِّي الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ

Telah menceritakan pada kami Abdullah bin bin Muhammad bin al-Asy’ats ia berkata : telah mengabarkan pada kami Ibrahim bin Muhammad bin Ubaidah ia berkata : telah mengabarkan pada kami bapakku ia berkata : telah mengabarkan pada kami al-Jarrah bin Malih ia berkata : telah menceritakan pada kami Ibrahim dari Humaid ath-Thawil dari Muhammad bin Qais, bahwasanya Ummu Hani mendatangi Rasululloh saw, sedang ia berada di Mekkah untuk keperluan hajatnya. Maka aku menemukan ia sedang sholat dhuha enam raka’at.

Hadits di atas syadz, karena matannya bertentangan dengan hadits yang lebih shohih riwayat Bukhari dari Ummi Hani yang sama. Maka hadits syadz termasuk hadits maqbul tapi ghair ma’mul bih.

حدثنا إبراهيم قال حدثنا أمية قال حدثنا معتمر بن سليمان قال حدثنا حميد الطويل يحدث عن محمد بن قيس أن أم هانئ حدثت ( أن نبي الله صلى الله عليه و سلم دخل عليها زمن الفتح فصلى الضحى 
ست ركعات : لم يرو هذا الحديث عن حميد إلا معتمر

Telah menceritakan pada kami Ibrahim ia 
berkata : telah menceritakan pada kami Umayyah ia berkata : telah menceritakan pada kami Mu’tamar bin Sulaiman ia berkata a; telah menceritakan pada kami Humaid ath-Thawil ia menceritakan dari Muhammad bin Qais bahwasanya Ummu Hani telah menceritakan ( bahwa Nabi saw ia masuk ke rumahnya waktu Futuh Mekkah lalu ia sholat dhuha enam raka’at. Thabrani mengatakan : tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Humaid kecuali Mu’tamar.

Hadits di atas juga dho’if karena terdapat rawi bernama Mu’tamar tentang kedho’ifannya telah diterangkan di atas.

حدثنا عبد الله بن محمد بن الاشعث قال نا إبراهيم بن محمد بن عبيدة قال نا ابي قال نا الجراح بن مليح قال حدثني إبراهيم عن حميد الطويل عن محمد بن قيس  أن ام هانيء اتت رسول الله صلى الله عليه و سلم وهو بمكة لبعض حاجاتها فوجدته يصلي الضحى ست ركعات

Telah menceritakan pada kami Abdullah bin Muhammad bin al-‘Asy’ats ia berkata : telah mengakabarkan pada kami Ibrahim bin  Muhammad bin Ubaidah ia berkata : telah mnegabarkan pada kami bapakku ia berkata : telah mengabarkan pada kami al-Jarrah bin Malih ia berkata : telah menceritakan pada kami Ibrahim dari Humaid ath-Thawil dari Muhammad bin Qais bahwasanya Ummu Hani mendatangi Rasululloh saw sedang ia berada di Mekkah untuk sebagian hajatnya. Maka ia menemukan rasululloh sedang sholat dhuha enam raka’at.

Hadits di atas juga syadz, karena matannya bertentangan dengan hadits yang lebih shohih riwayat Bukhari dari Ummi Hani yang sama. Maka hadits syadz termasuk hadits maqbul tapi ghair ma’mul bih.
Hadits dari Jabir

حدثنا إبراهيم قال حدثنا أمية قال حدثنا معتمر بن سليمان قال سمعت حميدا الطويل يحدث عن محمد بن قيس عن جابر بن عبد الله قال ( أتيت النبي صلى الله عليه و سلم أعرض عليه بعيرا لي فرأيته صلى الضحى ست ركعات ) : لا يروى هذا الحديث عن جابر إلا بهذا الإسناد تفرد به معتمر

Telah menceritakan pada kami Ibrahim ia berkata : telah menceritakan pada kami Umayyah ia berkata: telha menceritakan pada kami Mu’tamar bin Sulaiman ia berkata : aku mendengar Humaid ath-Thawil menceritakan dari Muhammad bin Qais dari jabir bin Abdullah ia berkata : aku mendatangi Nabi saw, memohon unta untukku, tetapi aku melihat ia sholat dhuha enam raka’at. : Thabrani berkata : tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Jabir kecuali dengan sanad ini yang Mu’tamar menyendiri meriwayatkannya.

Hadits di atas juga dho’if karena terdapat rawi bernama Mu’tamar tentang kedho’ifannya telah diterangkan di atas.

حدثنا عبد الله بن محمد بن الاشعث قال نا ابراهيم بن محمد بن عبيدة قال نا ابي قال نا الجراح بن مليح قال حدثني ابراهيم بن عبد الحميد بن ذي حماية عن حميد الطويل عن محمد بن قيس  عن جابر بن عبد الله قال قطع بي مع رسول الله صلى الله عليه و سلم فحملني على جمل فمر بي وأنا اضربه في اخرى الناس فضربه رسول الله صلى الله عليه و سلم بسوط فما زال في اوائل الناس فلما قدمنا مكة اتيت رسول الله صلى الله عليه و سلم ارده إليه فوجدته يصلى صلاة الضحى ست ركعات

Telah menceritakan pada kami Abdullah bin Muhammad bin al-Asy’ats ia berkata : telah mengabarkan pada kami Ibrahim bin Muhammad bin Ubaidah ia berkata : telah mengabarkan pada kami bapakku ia berkata : telah mengabarkan pada kami al-Jarrah bin Malih ia berkata : telah menceritakan padaku Ibrahim bin Abdul Humaid bin Dzi Himayah dari Humaid ath-Thawil dari Muhammad bin qais dari jabir bin Abdullah ia berkata :  terputuslah aku bersama rasululloh saw, maka ia membawaku ke atas unta. Kemudian rasululloh melalui aku dan aku memecut untaku bersama orang-orang. Dan rasululloh saw juga memecut untanya dengan sebuah pecut. dan terus-terusan ia berada di depan orang-orang. Maka tatkala kami sampai di Mekkah, aku mendatangi Rasululloh saw, untuk kembali kepadanya, dan aku memergoki ia sedang sholat dhuha enam raka’at.

Hadits di atas syadz, karena matannya bertentangan dengan hadits yang lebih shohih riwayat Bukhari dari Ummi Hani yang sama. Maka hadits syadz termasuk hadits maqbul tapi ghair ma’mul bih. Apalagi Muhammad bin Qais sendiri meriwayatkan bahwa Ummi Hani menerangkan rasul salat dhuha dirumahnya dengan 8 raka’at begitu yang dicatat oleh Thabrani dalam Mu’jam al-Ausath, berikut haditsnya :

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بن عَبْدِ الْعَزِيزِ، ثنا حَجَّاجُ بن الْمِنْهَالِ، ثنا حَمَّادُ بن سَلَمَةَ، أَنَا مُحَمَّدُ بن قَيْسٍ، قَاصُّ ابْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ، عَنْ أُمِّ هَانِئٍ، أَنَّهَا قَالَتْ:صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الضُّحَى فِي بَيْتِي يَوْمَ الْفَتْحِ ثَمَانِ رَكَعَاتٍ.

Telah meceritakan pada kami Ali bin Abdul
 Aziz, telah menceritakan pada kami Hajjaj bin Minhal, telah menceritakan pada kami Hammad bin Salamah, telah mengabarkan pada kami Muhammad bin Qais Qash Ibnu Abdul Aziz dari Ummi Hani, bahwasannya ia mengatakan :  Rasulullah  saw, beliau  sholat dhuha di rumahku pada hari Futuh Mekkah dengan 8 raka’at. Thabrani : 20499

Hadits dari Aisyah

حَدَّثَنَا ابْنُ عُلَيَّةَ ، عَنْ خَالِدٍ ، عَنْ تَمِيمَةَ ابنَة دُهَيْمٍ : أَنَّهَا رَأَتْ عَائِشَةَ صَلَّتْ مِنَ الضُّحَى سِتَّ رَكَعَاتٍ.

Telah menceritakan pada kami Ibnu Ulayyah, dari Khalid, dari Tamimah putrinya Duhaim : bahwasannya ia pernah melihat Aisyah sholat dhuha enam raka’at.

Rawi-rawi di atas tidak diketemukan biografinya dalam kitab rijal semitsal  Tahdzib al-Kamal, Tahdzib at-Tahdzib, Mizan al-I’tidal, Lisan al-Mizan, al-Jarhu  wa at-Ta’dil. Bahkan dalam  data guru-guru Abdul razzaq  sendiri tidak diketemukan  gurunya yang bernama Ibnu Ulayyah.  Silahkan  kepada  pembaca boleh dicek kembali.

Sedangkan kaifiyat sholat dhuha sama saja sebagaimana sholat pada umumnya, hanya saja bagi yang raka’at empat dan delapan dilakukan sekaligus dengan satu kali salam. Adapun hadits yang menerangkan salam di tiap dua raka’at, maka itu tidak dapat dijadikan hujah karena haditsnya dho’if. Dan hadits dimaksud yaitu :

عَنْ كُرَيْبٍ ، مَوْلَى ابْنِ عَبَّاسٍ ، عَنْ أُمِّ هَانِئٍ بِنْتِ أَبِي طَالِبٍ ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَليْهِ وسَلَّمَ يَوْمَ الفتح صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِيَ رَكَعَاتٍ ، سَلَّمَ مِنْ كُلِّ رَكْعَتَيْنِ.

Dari Kuraib maula Ibnu Abbas dari Ummu Hani binti Abi Thalib, bahwasannya Rasululloh saw pada hari Futuh Mekkah ia sholat dhuha delapan raka’at, ia salam dari tiap-tiap dua raka’atnya.

Hadits ini seandainya shohih maka akan menjadi penjelasan bahwa kaifiyat solat dhuha yang 8 raka’at dengan cara dua raka’at salam dua raka’at salam. Hanya sayang hadits ini dho’if karena pada sanadnya terdapat rawi bernama ‘Iyadh bin Adullah bin Abdirrahman al-Madani. Sebab kedho’ifannya :

Abu Hatim berkata : ia bukanlah rawi yang kuat.
Yahya bin Ma’in berkata : ia dho’if haditsnya.
Bukhari berkata : Haditsnya Mungkar (diingkari).

D. Frekuensi Sholat Dhuha

Terdapat hadits-hadits yang menerangkan rasululloh saw melaksanakannya dengan tidak dawam. Dan adapula hadits yang menerangkan Aisyah isteri rasululloh mendawamkannya, diantaranya :
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ شَقِيقٍ قَالَ سَأَلْتُ عَائِشَةَ هَلْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُصَلِّى الضُّحَى فَقَالَتْ لاَ إِلاَّ أَنْ يَجِىءَ مِنْ مَغِيبِهِ.

Dari Abdullah bin Syaqiq ia berkata : aku bertanya kepada Aisyah apakah Rosululloh  saw, sholat Dhuha, maka ia menjawab : tidak, kecuali sepulangnya ia dari bepergiannya.

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ دِينَارٍ قَالَ : لَمْ يَكُنِ ابْنُ عُمَرَ يُصَلِّى الضُّحَى إِلاَّ أَنْ يَأْتِىَ مَسْجِدَ قُبَاءٍ يُصَلِّى فِيهِ لأَنَّ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَأْتِيهِ كُلَّ سَبْتٍ.

Dari Abdullah bin Dinar ia berkata : tidaklah ibnu Umar sholat dhuha kecuali ia mendatangi Mesjid Quba, ia sholat di dalamnya, karena Nabi saw, adalah beliau suka mendatanginya setiap hari sabtu.

Kirannya cukup dua hadits saja untuk mewakili keterangan bahwa sholat dhuha tidak didawamkan. Adapun Aisyah beliau mendawamkannya setelah mengetahui bahwa alasan rasululloh saw tidak mmendawamkannya karena khawatir dianggap fardlu oleh orang-orang. Hadits tersebut :

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ مَا رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبَّحَ سُبْحَةَ الضُّحَى وَإِنِّي لَأُسَبِّحُهَا

Dari Aisyah ra. ia berkata : aku tidak melihat Rasululloh saw, ia mendawamkan sholat dhuha, dan aku mendawamkannya.

أَنَّ المُرَادَ بِقَوْلِهَا مَا رَاَيْتُهُ سَبَّحَهَا أَيْ دَاوَمَ عَلَيْهَا وَقَوْلِهَا وَإِنِّي لَأُسَبِّحُهَا أَيْ أُدَاوِمُ عَلَيْهَا.

Bahwa yang dimaksud dengan perkataanya “ Ma Ra-aituhu Sabbahaha” yaitu ia mendawamkannya. Dan perkataan  “Wa Inni La usabbihuha” yaitu aku mendawamkannya.
Adapun alasan rasul tidak mendawamkannya terdapat dalam riwayat Abu Daud dan Ahmad, sebagai berikut :

عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهَا قَالَتْ مَا سَبَّحَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- سُبْحَةَ الضُّحَى قَطُّ وَإِنِّى لأُسَبِّحُهَا وَإِنْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- لَيَدَعُ الْعَمَلَ وَهُوَ يُحِبُّ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ خَشْيَةَ أَنْ يَعْمَلَ بِهِ النَّاسُ فَيُفْرَضَ عَلَيْهِمْ.

Dari Aisyah isterinya Nabi saw, bahwasanya ia berkata :  Rasululloh saw, tidak mendawamkan sholat dhuha sama sekali, tetapi aku sungguh mendawamkannya. Dan jika  rasululloh saw. benar-benar meninggalkan sebuah amal padahal ia suka untuk mengamalkannya, itu karena takut diamalkan oleh orang-orang sehingga dianggap wajib atas mereka.

Maka dari hadits-hadits diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sholat dhuha itu bisa didawamkan dengan tanpa ada anggapan sebuah kewajiban, juga boleh tidak dawam.

E. Sholat Dhuha berjama’ah

Ibnu Umar ra. pernah mengingkari orang-orang yang sedang sholat dhuha di mesjid. Hal ini terekam dalam sebuah riwayat dari Ibnu Khuzaimah dimana ia meriwayatkan bahwa ;

عَنْ مُجَاهِدَ قَالَ : دَخَلْتُ أَنَا وَ عُرْوَةُ بْنُ الزُّبَيْرِ المسْجِدَ فَإِذَا عَبْدُ اللهِ بْنِ عُمَرَ جَالِسٌ إِلَى حُجْرَةِ عَائِشَةَ قَالَ وَ إِذَا النَّاسُ فِي المسْجِدِ يُصَلُّونَ صَلاَةَ الضُّحَى فَسَأَلْنَاهُ عَنْ صَلاَتِهِمْ فَقَالَ : بِدْعَةٌ

Dari Mujahid ia berkata : aku dan Urwah bin Zubair masuk mesjid tiba-tiba ada Abdullah bin Umar sedang duduk menghadap ke kamarnya Aisyah. (berkata Mujahid) sedangkan orang-orang di mesjid  pada sedang sholat dhuha. Lalu aku bertanya pada Abdullah bin Umar tentang sholat mereka. Maka ia menjawab : bid’ah.

Dalam riwayat lain ada tambahan “ Ni’mat bid’ah hadzihi” nikmat bid’ah ini.

Dengan ada kata-kata ni’mat bid’ah hadzihi ini menunjukkan hal tersebut pernah terjadi pada zaman rasululloh dan memang menurut sejarah sholat dhuha pernah terlupakan sejak terbunuhnya khalifah Utsman bin Affan. Hal ini terbukti dalam hadits riwayat Bukhari rasululloh saw, bersama Abu Bakar dan Itban tanpa sedikitpun ajakan dari beliau, melainkan hanya keinginan sendiri Abu Bakar dan Itbanlah mengikuti sholatnya rasululloh saw, di belakangnya. Hadits dimaksud :

عَنْ مَحْمُودٍ أَنَّهُ سَمِعَ عِتْبَانَ بْنَ مَالِكٍ الْأَنْصارِيَّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ وَكَانَ مِمَّنْ شَهِدَ بَدْرًا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ :كُنْتُ أُصَلِّي لِقَوْمِي بِبَنِي سَالِمٍ وَكَانَ يَحُولُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ وَادٍ إِذَا جَاءَتْ الْأَمْطَارُ فَيَشُقُّ عَلَيَّ اجْتِيَازُهُ قِبَلَ مَسْجِدِهِمْ فَجِئْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ لَهُ إِنِّي أَنْكَرْتُ بَصَرِي وَإِنَّ الْوَادِيَ الَّذِي بَيْنِي وَبَيْنَ قَوْمِي يَسِيلُ إِذَا جَاءَتْ الْأَمْطَارُ فَيَشُقُّ عَلَيَّ اجْتِيَازُهُ فَوَدِدْتُ أَنَّكَ تَأْتِي فَتُصَلِّي مِنْ بَيْتِي مَكَانًا أَتَّخِذُهُ مُصَلًّى فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَأَفْعَلُ فَغَدَا عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبُو بَكْرٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ بَعْدَ مَا اشْتَدَّ النَّهَارُ فَاسْتَأْذَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَذِنْتُ لَهُ فَلَمْ يَجْلِسْ حَتَّى قَالَ أَيْنَ تُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ مِنْ بَيْتِكَ فَأَشَرْتُ لَهُ إِلَى الْمَكَانِ الَّذِي أُحِبُّ أَنْ أُصَلِّيَ فِيهِ فَقَامَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَكَبَّرَ وَصَفَفْنَا وَرَاءَهُ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ وَسَلَّمْنَا حِينَ سَلَّم.

Dari Mahmud bahwa ia mendengar ‘Itban bin Malik al-Anshari ra. ia adalah diantara orang yang mengikuti perang Badar bersama Rasululloh saw. ia berkata : kebiasaanku sholat mengimami kaumku Bani Salim. Antara aku dan mereka terhalang sebuah lembah. Apabila turun hujan aku merasa kesulitan utuk melintasinya menuju mesjid mereka. Maka aku mendatangi Rasululloh saw, kataku kepadanya : sungguh aku mengingkari penglihatanku, dan sesungguhnya lembah yang ada antara aku dan kaumku suka mengalir deras airnya apabila turun hujan sehingga aku kesulitan untuk melintasinya. Maka aku sangat menginginkan engkau supaya datang padaku untuk sholat pada satu tempat yang aku jadikan mushola  di rumahku. Maka rasululloh saw menjawab : aku akan lakukan. Lalu pada keesokan paginya berangkatlah rasululloh saw, bersama Abu Bakar ra. kepadaku setelah hari sudah panas. Kemudian rasululloh saw, meminta izin dan aku mengizinkan ia, maka ia tidak duduk sehingga menanyakan “ mana tempat yang engkau inginkan aku sholat di rumahmu ini?” . lalu aku menunjukan padanya ke tempat yang aku ingin sholat padanya. Lalu rasululloh berdiri tegak kemudian takbir, dan kamipun bershaf di belakangnya. Maka ia sholat dua raka’at, lalu ia salam dan kamipun salam ketika ia salam.

Dari uraian kedua hadist di atas dapat dikompromikan dan diambil kesimpulan bahwa sholat dhuha berjama’ah pernah dicontohkan dan nabi pun ketika itu tidak mencelanya itu artinya merupakan takrirnya  (persetujuan) nabi saw. terhadap kejadian pada waktu itu. Akan tetapi tanpa ada ajakan Nabi saw. sebelumnya. Wallahu A’lam

      Syamsudin Mukti,  kesimpulan dan tambahan   dari  halaqah  ahad ke 4 bulan Juli  2015
  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: SALAT DHUHA DAN PERMASALAHANNYA Rating: 5 Reviewed By: samsudin